Tuesday, August 20, 2013

Jenis Tari Menurut Pola Garapan

Berdasarkan atas pola garapan, tari dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1.    Tari Tradisional
Tari traisional adalah tari yang sudah mengalami suatu perjalanan sejarah yang cukup lama dan selalu pola kepada kaidah-kaidah tradisi yang telah ada. Tari tradisional berdasarkan atas nilai artistik garapannya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
a.    Tari Rakyat
Tari rakyat (tari tradisi rakyat) yaitu tarian yang lahir atau berasal juga hidup dan berkembang di kalangan rakyat atau sekelompok masyarakat. Tari rakyat sebenarnya bertumpu pada unsur-unsur primitif. Tari primitif merupakan tarian yang paling tua umurnya, bahkan diperkirakan tari primitif sudah ada semenjak manusia adadan terdapat di daerah-daerah pedalaman dengan gerak, iringan maupun kostum sangat sederhana. Tari Primitif diselenggarakan pada upacara-upacara adat dan agama serta bersifat magis dan sakral. Oleh karena tari takyat bertumpu dari tari primitif, maka lahirnya tari rakyat merupakan ungkapan sekelompok masyarakat, di dalam rangkaian sosial dan religius atau tari rakyat digunakan oleh masyarakat setempat untuk upacara adat maupun hiburan / pergaulan. Dengan demikian, bentuk-bentuk tari rakyat antara daerah yang satu dengan daerah yang lain berbeda-beda.

Sebagai contoh antara lain :
-         Tari Rakyat dari Ponorogo adalah Reog
-         Tari Rakyat dari Sragen adalah Tayub
-         Tari Rakyat dari Wonogiri adalah Kethek Ogleng
-         Tari Rakyat dari Jawa Barat adalah Kethuk Tilu
b.    Tari Klasik
Tari klasik (Tari Tradisi Klasik) adalah tarian yang bernilai artistik tinggi dan mempunyai standar atau norma yan cukup kuat sehingga ada pembakuan gerak dan mengandung konsep simbolik dan filosofis. Biasanya berasal dan berkembang di lingkungan istana raja dan bangsawan. Pada tari klasik pasti mempunyai nilai tradisional, sedangkan tari-tarian tradisional belum tentu mempunyai nilai klasik.
Adapun batasan-batasan bentu seni klasik antara lain :
-         Bermutu tinggi
-         Bertahan lama
-         Mempnyai pola dasar yang mantap
-         Adanya pengakuan dari pakar seni dan masyarakat
Sebagai contoh tari tradisi klasik antara lain Tari Bedhaya, Tari Srimpi, dan lain sebagainya.
Dengan adanya tari tradisi rakyat dan tari tradisi klasik kemudian muncul istilah Tari Tradisi Daerah, maka yang disebut Tari Tradisi daerah adalah tarian yang menjadi ciri khas atau adat dari suatu daerah, dan bisa berasal dari tari tradisi klasik ataupun tari tradisi rakyat daerah setempat.
Sebagai contoh :
i.       Tari Tradisi daerah Surakarta atau Tari Tradisi Surakarta, yaitu Tari Bedhaya, Tari Srimpi, Tari Gambyong, Tari Klono, Tari Golek.
ii.    Tari Tradisi Bali, yaitu Tari Pendhet, Tari Kecak, Tari Oleg Tambulilingan, Tari Legong Kraton.
iii.  Tari Tradisi Jawa Barat, yaitu Tari Jaipongan, Tari Kethuk Tilu, Tari Monggawa, Tari Anjasmara.
iv.  Tari Tradisi Jawa Timur, yaitu Tari Ngemo, Tari Beskalan, Tari Gandrung Banyuwangi, Tari Punjari.
2.    Tari Kreasi
Tari Kreasi merupakan tari yang timbul karena adanya keinginan untuk mengolah, mencipta, ataupun mengubah gerak yang menjadi dasarnya. Tari Kreasi merupakan media yang membuka kebebasan kepada seniman-seniman tari di dalam mencari kemungkinan-kamungkinan baru di bidang seni tari. Tari kreasi ini ada yang mengacu pada bentuk yang sudah ada, misalnya gubahan dari tradisional yang kemudian disebut dengan Tari Tradisi Kreasi. Sebagai contoh Tari Kukila, Tari Pejuang, dan lain sebagainya. Di samping itu ada pula yang sifatnya tidak berpijak pada pola-pola tradisi, tetapi lebih merupakangarapan baru yang tidak berpola pada standar tari yang sudah ada kemudian disebut Tari Kreasi Baru. Kemunculan tari kreasi baru ini merupakan perkembangan dari seni yang sudah ada dan menjadi suatu kenyataan dari tuntan jiwa yang menginginkan kebebasan lepas dari ikatan tradisi.


Sumber : Buku Kesenian Daerah kelas 8

Jenis Tari Menurut Bentuk Penyajiannya

Dilihat dari bentuk penyajiannya, tari dapat dibedakan menjadi :
1.    Tari Tunggal (Solo)
2.    Tari Berpasangan (Duet)
3.    Tari Kelompok
4.   Tari Massal
Dalam pengertian diatas masing-masing bentuk ada keterkaitannya, misalnya bentuk tunggal bisa menjadi bentuk massal apabila dilakukan oleh banyak penari, tetapi bentuk tari tunggal yang menggambarkan tokoh dari suatu cerita tidak tepat untuk tari massal, misalnya Tari Gatutkaca, Tari Gambiranom. Demikian juga bentuk tari berpasangan bisa menjadi bentuk massal apabila dilakukan oleh beberapa pasang penari.


1.    Tari Tunggal
Tari tunggal adalah tari yang dilakukan oleh satu orang penari. Pada bentuk tunggal ini, gerak tarinya bisa merupakan penggambaran dari suatu obyek tertentu (binatang, kegiatan manusia), bisa juga penokohan  dari suatu cerita (penggambaran seorang tokoh dalam cerita tertentu). Dalam membawakan tari tunggal, seorang penari dapat lebih bebas mengungkapkan ekspresinya, tanpa harus menyesuaikan penari lainnya dan dibutuhkan rasa percaya diri yang tinggi serta harus dapat mengisi ruang pentas yang disediakan untuk menari. Adapun materi yang perlu dipersiapkan dalam membawakan tari tunggal antara lain :
a.    Memahami karakter dan isi tema tari
b. Manguasai ragam gerak sesuai susunan gerak tarinya (koreografinya)
c.    Manguasai irama dan ruang pentas
d.    Rasa percaya diri yang tinggi
Macam-macam bentuk tari tunggal :
a.    Putri
i.    Gambyong
ii.  Golek Manis
iii.Kukila
iv. Merak
v.   Golek Tirtakencana
vi.  Manipuri
vii.  Bondhan
b.    Putra Alus
i.    Gambiranom (lanyap)
ii.  Gunungsari (luruh)
iii.Pamungkas (luruh)
iv. Kiprah Dewakumara (lanyap)
v.   Bromastra (lanyap)
vi. Menak Kocar
c.    Putra Gagah
i.    Kuda-Kuda
ii.  Jemparinagn
iii.Jaranan
iv. Prawiraguna
v.   Eko Prawira
vi. Gatutkaca Gandrung
2.    Tari Berpasangan / Duet
Tari Berpasangan adalah tari yang dilakukan oleh dua oang penari dengan karakter tidak selalu sama, tetapi yang terpenting adalah gerakannya saling berhubungan atau ada keterpaduan jalinan gerak antara keduanya. Sebagai persiapan dalam membawakan bentuk tari berpasangan sama dengan persiapan dalam membawakan tari tunggal ditambah yang penting adalah keterlatihan dengan patner / pasangan tari untuk mewujudkan keserasian atau keharmonisan. Pada seni tari tradisi gaya Surakarta, tari berpasangan dibedakan menjadi :
a.    Jenis Wireng
Ciri-ciri jenis wireng antara lain :
-         Tidak mengambil dari suatu cerita
-         Kostum / busana sama
-         Karakter sama
-         Menampilkan tema heroik / perang / keprajuritan
-         Perangnya tidak terlihat yang kalah dan yang menang / sama kuat
Beberapa contoh tari berpasangan jenis wireng :
i.    Retna Tinandhing (Putri)
ii.  Panji Kembar (Putra Alus)
iii.Bandayuda (Putra Gagah)
iv. Lawung (Putra Gagah)
v.   Bogis Kembar (Putra Gagah)
b.    Jenis Pethilan
Ciri-ciri jenis pethilan antara lain :
-         Mengambil sebagian dari suatu cerita
-         Kostum / busana tidak selalu sama
-         Karakter tidak selalu sama
-         Tidak selalu menampilkan tema heroik atau perang
-         Pada tema heroik terlihat jelas yang kalah dan yang menang
Beberapa contoh tari berpasangan jenis pethilan :
-         Karakter putri endhel dan putri endhel (perang)
Srikandhi Mustakaweni
-         Karakter putri alus dan putri endhel (perang)
Adaninggas Kelaswara
-         Karakter putri endhel dan putra gagah (perang)
1.    Srikandhi Cakil
2.    Srikandhi Buriswara
-         Karakter putri dan putra alus (erotik)
1.    Karonsih
2.    Lambangsih
3.    Enggar-enggar
4.   Driasmara
-         Karakter putra alus dan putra gagah (perang)
1.    Sancaya Kusumawicitra
2.    Bambangan Cakil
-         Karakter putra gagah dan putra gagah (perang)
1.    Handaga Bogis
2.    Anila Prahastha
3.    Anoman Cakil
4.   Gatutkaca Antareja
3.    Tari Kelompok
Tari kelompok adalah tari yang dilakukan oleh beberapa penari dimana antara satu penari dengan penari yang lain gerakannya berbeda, meskipun geraknya tidak sama tetapi gerakan tersebut ada hubungan yang merupakan jalinan untuk mencapai keterpaduan. Jadi dalam tari kelompok ini penyajiannya berbeda sekali dengan tari tunggal, maupun tari massal.
Tari kelompok dibedakan menjadi dua, yaitu :
1.    Tari Kelompok tanpa dialog
Contoh : Tari Bedhaya, Tari Srimpi
2.    Tari Kelompok menggunakan dialog
Tari kelompok menggunakan dialog dibagi menjadi dua, yaitu :
a.    Berdialog Prosa
Contoh : Wayang Orang
b.    Berdialog tembang
Contoh : Langendriyan
4.   Tari Massal
Tari massal adalah tari yang dilakukan oleh banyak penari dengan ragam gerak yang sama, dan antara penari satu dengan penari yang lain, tidak ada jalinan gerak yang saling melengkapi. Dalam tari massal ini busana / kostum bisa sama / seragam, bisa juga berbeda dan mungkin juga ada pembagian penari dengan pola lantai yang berlainan. Contoh : Tari Gambyong, Tari Golek, Tari Jaranan, Tari Wanara dan lain sebagainya.


Sumber : Buku Kesenian Daerah kelas 8

Sunday, August 18, 2013

Jenis - Jenis Wayang

Wayang menurut pendapat Hazeu merupakan hasil budaya asli masyarakat Jawa zaman dahulu. (Hazeu 1987 : 45). Kata wayang berarti bayangan atau ayang-ayang. Kata bayangan diartikan sebagai bayangan roh-roh nenek moyang yang sudah meninggal. Maka pertunjukkan wayang pada awal mula selalu dikaitkan dengan upacara untuk menghormati roh-roh nenek moyang pada waktu itu. Sehingga pertunjukkan wayang mengandung unsur magis, religius, sakral. Hal semacam ini bisa dilihat pada pementasan wayang selalu disertai dengan berbagai seaji.

Upacara tradisi mayarakat Jawa dengan pertunjukkan wayang antara lain:
1.      Ruwatan (bocah sukerta)
2.      Memetri desa / bersih desa
3.      Ujar nadar
4.      Rasulan
Bentuk upacara tradisi semacam ini masih bisa dijumpai di berbagai daerah pinggiran terutama daerah pedesaan Eks. Karisidenan Surakarta. Namun seiring perkembangan jaman, selain pertunjukkan wayang difungsikan sebagai sarana upacara tradisi, juga dikemas sebagai seni pertunjukan yang mengutamakan pean moral dan nilai estetis.
Pementasan wayang tidak bisa lepas dengan unsur-unsur seni yang lain, antara lain : seni karawitan, seni drama, seni vokal, seni sastra, seni tari, dll.
Jenis – jenis wayang pada dasarnya dibedakan menurut :
1.      Bahan Baku Wayang
2.      Bentuk Wayang (boneka)
3.      Sumber Cerita Wayang
4.      Tokoh-tokoh Wayang
5.      Iringan dan model penyajian

Sumber : Buku Kesenian Daerah Kelas VII

Gerak Dasar Tari Gaya Surakarta

Rantaya berasal dari kata paran (apa) dan taya (mataya, tari). Menurut sumber lain bahwa rantaya yang berasal dari kata 'rante' dan 'taya'. Yang artinya didalam rantaya ada sebuah gerakan belajar berjalan atau didalam istilah tari dinamakan Lumaksana.
Jenis rantaya dibagi menjadi 3 macam :
1.       Rantaya Putri
2.       Rantaya Putra Alus
3.       Rantaya Putra Gagah
Pembagian jenis Rantaya diatas maing-masing mempunyai bentuk yang berbeda, adapun perbedaannya terletak pada ukuran lebar dan sempitnya bentangan baik kaki maupun tangan juga volume dan ruang lintasan geraknya.

1.      Macam Gerak Rantaya Putri antara lain :
a.       Trapsilantaya (Duduk Bersila)
b.       Nikelwarti (Jengkeng) – Sembahan (Mangenjali)
c.        Lumaksana Lembehan Kanan
d.       Lumaksana Ridhong Sampur
e.        Lumaksana Nayung
f.         Lumaksana Keputren
g.       Gerak Penghubung : Sindhet Kiri (4 hitungan)
h.       Gerak Penghubung : Ngigel (8 hitungan)
i.         Gerak Penghubung : Sabetan (12 hitungan)
j.         Gerak Penghubung : Ombak Banyu (12 hitungan)
k.       Gerak Penghubung : Srisig (4/8/12 hitungan, disesuaikan dengan kebutuhan)
2.      Macam gerak Rantaya Putra Alus antara lain :
a.       Trapsilantaya (Duduk Bersila)
b.       Nikelwarti (Jengkeng) – Sembahan (Mangenjali)
c.        Lumaksana Dhahap Hanuraga
d.       Lumaksana Dhadhap Impuran
e.        Lumaksana Bang-bangan / Bambangan
f.         Lumaksana Nayung
g.       Gerak Penghubung : Besut (4 hitungan)
h.       Gerak Penghubung : Ngigel (8 hitungan)
i.         Gerak Penghubung : Sabetan (12 hitungan)
j.         Gerak Penghubung : Ombak Banyu (12 hitungan)
k.       Gerak Penghubung : Srisig (4/8/12 hitungan, disesuaikan dengan kebutuhan)
l.         Macam gerak Rantaya Putra Gagah antara lain :
a.       Trapsilantaya (Duduk Bersila)
b.       Nikelwarti (Jengkeng) – Sembahan (Mangenjali)
c.        Lumaksana Kambeng
d.       Lumaksana Kalang Tinantang
e.        Lumaksana Bapang
f.         Gerak Penghubung : Besut (4 hitungan)
g.       Gerak Penghubung : Ngigel (8 hitungan)
h.       Gerak Penghubung : Sabetan (12 hitungan)
i.         Gerak Penghubung : Ombak Banyu (12 hitungan)


Sumber : Buku Kesenian Daerah Kelas VII

Fungsi Seni Tari

Dalam mempelajari seni tari, selain kita memahami tema dan mengerti karakter tari serta mengekspresikan gerak tarinya, yang tidak kalah pentingnya adalah kita juga harus mengetahui fungsi atau kegunaan tari pada kehidupan kita.
Sejak jaman prasejarah hingga saat ini seni tari sangat berperan sebagai sarana dalam berbagai macam kegiatan-kagiatan manusia terutama untuk kegiatan sosial karena manusia adalah sebagai makhluk sosial yang selalu berhubungan antara satu dengan yang lain. Fungsi seni tari dalam kehidupan kita banyak sekali antara lain seni tari digunakan untuk sarana upacara adat dan keagamaan, untuk pergaulan, dakwah ataupun untuk pendidikan juga untuk hiburan.

Dari berbagai fungsi tersebut, dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu :
1.   Seni Tari untuk Sarana Upacara
Tari sebagai sarana upacara pada umumnya bersifat sakral dan magis. Sedangkan upacara dalam kehidupan kita di Indonesia debedakan menjadi dua yaitu :
a.  Upacara Keagamaan
b.   Upacara Adat / Tradisi
Tari yang digunakan sebagai sarana upacara keagamaan biasanya bersifat sakral, sedangkan tari yang digunakan untuk upacara adat / tradisi bersifat magis, dimana pada saat menari ada kekuatan bawah sadar sehingga penari mengalami trance (tak sadar diri) hingga muncullah kekuatan lain yang diluar kemampuan manusia, misalnya penari menjadi kebal atau tahan senjata, beling, api dan melakukan tingkah laku yang sebelumnya tidak biasa dilakukan oleh penari itu, misalnya bisa mengusir roh jahat, mengobati penyakit dan kemampuan penari tersebut dari aliran putih melindungi serta keselamatan masyarakat pendukungnya.
Ciri-ciri umum tari upacara antara lain :
a.  Gerak tari imitatif / meniru gerak alam dan merupakan ekspresi kehendak jiwanya.
b.   Suasana magis, religius dan sakral.
c.   Iringan tari mononton tetapi menggugah.
d.  Penghayatan tari terbatas pada lingkungan setempat.
e.   Komposisi lantai sederhana, biasanya lingkaran dan dilaksanakan secara kolektif.
Contoh beberapa tari upacara :
a.  Tari Bedhaya Ketawang (Surakarta)
b.   Tari Bedhaya Semang (Yogyakarta)
c.   Tari Pendhet (Bali)
d.  Tari Nglango (Jawa Barat)
e.   Tari Seblang (Banyuwangi)
2.  Seni Tari untuk Sarana Hiburan
Sebagai sarana hiburan biasanya digunakan juga unuk pergaulan dan disebut juga tari gembira. Pada umumnya tari hiburan tidak bertujuan untuk ditonton, tetapi lebih mementingkan kepuasan individu dan tidak mementingkan keindahan. Sifat tari hiburan adalah spontanitas dan improvisasi.
Ciri-ciri umum tari hiburan diantaranya adalah :
a.  Gerak tari sederhana, orang mudah menirunya.
b.   Suasana gembira ria.
c.   Iringan tari sangat praktis dan jelas.
d.  Pelakunya biasanya pasangan pria dan wanita atau kelompok.
e.   Komposisi lantai selalu menutup.
Contoh beberapa tari hiburan :
a.  Tari Tayub (Jawa Tengah)
b.   Tari Kethuk Tilu (Jawa Barat)
c.   Tari Gandrung (Banyuwangi)
d.  Tari Joged Bumbung (Bali)
e.   Tari Serampang Dua Belas
3.  Seni Tari untuk Sarana Pertunjukkan
Pada tari pertunjukkan dalam penyajiannya mengutamakan segi artistiknya dengan konsepsional yang matang dan cermat serta tema dan tujuan jelas juga koreografinya yang berkualitas karena sengaja disusun untuk dipertontonkan. Dalam penyajiannya tari pertunjukkan ditempatkan pada tempat khusus (teater) baik berupa panggung terbuka atau tertutup.
Apabila ditinjau dari penggarapannya tari pertunjukkan dibedakan menjadi dua macam yaitu :
a.  Concert Dance
Concert Damce memerlukan persiapan yang panjang dengan pertanggung jawaban nilai artistik yang inggi juga dibutuhkan kerativitas yang aktual dengan penonton orang-orang tertentu yang memang mengerti pada bidang tari dan ada evaluasi sesudah pertunjukkan.
b.   Show Dance
Show Dance biasanya dipentaskan dengan tujuan untuk memeriahkan suatu resepsi atau acara tertentu dengan atraksi dipilih yang mudah dicerna, mengesankan dan menarik penonton. Karena perkembangan jaman fungsi tari banyak mengalami pergeseran misalnya tari upacara, tari hiburan beralih fungsi menjadi tari pertunjukkan.
Ciri-ciri tari pertunjukkan yaitu :
a.  Pola garapannya merupakan penyajian yang khusus untuk dipertunjukkan.
b.   Adanya faktor imaginatif dan kreativitas.
c.   Adanya ide yang mengarah kepada bentuk pementasan yang profesional.
d.  Tempat pementasan ditempat yang khusus atau teater.
Contoh-contoh tari pertunjukkan antara lain :
a.  Tari Gambyong (Surakarta)
b.   Tari Golek (Yogyakarta)
c.   Tari Ngemo (Jawa Timur)
d.  Tari Piring (Sumatra)

Sumber : Buku Kesenian Daerah kelas 7