Saturday, November 30, 2013

Seni Tradisi Surakarta

Seni tradisi adalah suatu bentuk seni yang menjadi adat, kebiasaan dan menjadi ciri khas suatu daerah. Membahas seni tradisi di Surakarta maka sejarah perkembangannya tidak dapat dipisahkan dengan dengan keberadaan keraton sebagai sumbernya. Di Surakarta yang merupakan kota budaya banyak sekali terdapat bermacam-macamseni tradisi dan kebanyakan seni tradisi di Surakarta merupakan perpaduan antara seni karawitan, seni tari, seni drama maupun seni seni pedhalangan serta tembang.

Macam-macam Seni Tradisi di Surakarta :
1.      Tari Bedhaya
Tari Bedhaya di Surakarta merupakan salah satu contoh tari tradisi masa lampau yang tumbuh di istana dengan berbagai filosofis dan simboliknya, juga merupakan salah satu aktivitas religius kaum bangsawan dan bersifat Syiwaitis, yaitu kepercayaan kepada Dewa Syiwa. Dengan demikian diperkirakan Tari Bedhaya dilatarbelakangi pemikiran Hindu Jawa. Dalam penyajiannya Tari Bedhaya dapat disajikan dengan 7 penari maupun 9 penari. 7 penari melambangkan 7 bidadari di kahyangan, sedangkan 9 penari merupakan simbolik dari 9 lubang kehidupan atau dapat juga karena pengaruh dari agama Islam yaitu adanya Wali Sanga.
Tari Bedhaya dari Keraton Kasunanan Surakarta yang dianggap sakral adalah Tari Bedhaya Ketawang karena berhubungan dengan alam ghaib yaitu hubungan mistis antara keturunanPanembahan Senapati sebagai Raja Mataram dengan penguasa ratu laut selatan yaitu Kanjeng Ratu Kidul. Hal ini diawali ketika Panembahan Senapati bertapa, mengakibatkan kekacauan dan ketidaktentraman wilayah laut selatan, maka Kanjeng Ratu Kidul memohon agar Panembahan Senapati menghentikan bertapanya dengan pernyataan bahwa Kanjeng Ratu Kidul dan bala tentaranya akan selalu membantu apabila Panembahan Senapati memerlukan dan keduanya kemudian menjalin hubungan asmara. Tari Bedhaya Ketawang di Kraton Kasunanan Surakarta pementasannya hanya pada waktu upacara 'Jumenengan' (ulang tahun raja menduduki tahta) ditarikan oleh 9 penari putri dengan karakter putri halus, tanpa antawacana menggunakan rias busana sama / kembar yaitu basahan atau dodot ageng dan tata rias seperti temanten jawa lengkap dengan paes serta gelung bokor mengkurep. Sedangkan dari Keraton Yogyakarta, Bedhaya yang masih dianggap sakral adalah Tari Bedhaya Semang. Macam-macam Tari Bedhaya antara lain Bedhaya Pangkur, Bedhaya Sinom, Bedhaya Duradasih, Bedhaya Mangunharja, Bedhaya La-la dan lain sebagainya. Adapun kata di belakang Bedhaya menunjukkan nama gendhing iringannya.
2.     Tari Srimpi
Tari Srimpi juga merupakan tari tradisi klasik dari Keraton Surakarta yang sarat dengan makna simbolik, ditarikan oleh 4 orang penari putri yang merupakan simbol dari empat arah mata angin atau juga bisa pengaruh kasta pada agama Hindu, dengan karakter putri halus dan pakaian kembar, tidak menggunakan antawacana. Tari Srimpi yang masih dianggap sakral di Keraton Kasunanan Surakarta adalah Tari Srimpi Angelir Mendhung, sebab tarian ini merupakan suatu doa permohonan yang ditarikan pada saat kemarau panjang dengan harapan setelah selesai ditarikan akan segera turun hujan. Busana pada Tari Srimpi menggunakan jarik / kain model samparan dengan baju rompi atau mekak dan berjamang. Macam-macam Tari Srimpi antara lain Tari Srimpi Dhempel, Srimpi Ludiramadu, Srimpi Gondokusuma, Srimpi Gambirsawit, dan lain sebagainya. Sama seperti Tari Bedhaya, kata di belakang Srimpi menunjukkan nama gendhing iringannya.
3.     Tari Gambyong
Tari Gambyong merupakan tari tradisi Surakarta yang biasa digunakan untuk berbagai macam acara antara lain acara resepsi pernikahan, penghormatan tamu, pentas seni dan lain sebagainya. Tari Gambyong merupakan penggambaran dari seorang remaja putri yang berhias diri. Busana pada Tari Gambyong biasanya menggunakan jarik model wiru putri dengan angkin dan gelung malang. Sedangkan kata di belakang Tari Gambyong menunjukkan nama gendhing atau iringannya. Macam-macam Tari Gambyong antara lain Gambyong Pareanom, Gambong Ayun-Ayun, Gambyong Pancerana dan lain sebagainya.
4.     Tari Golek
Mengacu pada Tari Golek, Tari Golek berasal dari kata golekan yang artinya boneka dari kayu, dan apabila anak-anak perempuan bermain golekan atau boneka maka cenderung boneka tersebut dirias baik wajah, rambut maupun bajunya agar kelihatan lebih menarik, yang kemudian anak tersebut ikut berdandan juga dan aktivitas berain tersebut dapat menumbuhkan kreativitas pada anak-anak, maka hingga sekarang kita mengenal Tari Golek sebagai tari tradisi di Surakarta yang menggambarkan seorang anak yang sedang berdandan atau berhias diri dengan karakter putri endhel (lincah) dan busana jarik sonder / wiru di samping, baju rompi dengan menggunakan jamang. Seperti pada Tari Gambyong, lata di belakang Golek menunjukkan nama gendhing iringannya. Macam-macam Tari Golek antara lain Golek Manis, Golek Mugirahayu, Golek Surungdhayung, Golek Sukaretna, Golek Tirtakencana, Golek Sri Rejeki, dan lain sebagainya.
5.     Wayang Orang
Wayang orang adalah seni pertunjukan yang memadukan tiga tiga cabang kesenian yaitu tari, drama, dan karawitan. Wayang orang disebut juga wayang wong lahir pada pertengahan abad XVIII di dua istana yaitu di Yogyakarta dan Surakarta kemudian berkembang di luar istana. Wayang orang merupakan personifikasi dari wayang kulit yang terlihat jelas dari berbagai aspek antara lain sumber cerita, penggolongan karakter, karawitan, antawacana (dialog), peranan dialog dan busana serta tata riasnya. Sumber cerita baik di Surakarta maupun Yogyakarta mengambil cerita Mahabarata ataupun Ramayana dan kedua sumber tersebut bisa dibagi menjadi beberapa episode serta beberapa jenis lakon antara lain :
1.      Lakon Baku adalah lakon yang diangkat dari cerita induk Ramayana dan Mahabarata.
2.     Lakon Carangan adalah lakon yang dikembangkan dari sebuah peristiwa yang termuat dalam cerita induk Ramayana dan Mahabarata.
Dalam penyajiannya wayang wong menggunakan gerak tari tradisi dengan norma gerak sesuai masing-masing karakter pada tokohnya. Wayang orang diiringi karawitan dan dibantu seorang dalang yang bertugas mengatur jalannya pertunjukan agar lebih jelas alur ceritanya.
Adapun tugas pokok dalang dalam wayang orang adalah :
1.      Memberi narasi tentang apa yang telah dan akan terjadi.
2.     Mengisi suasana adegan dengan vokal yang berupa suluk, sendon atau ada-ada.
3.     Memberikan tanda-tanda lewat vokal maupun bunyi kecrek dan keprak pada pemain.
Rias dan busana pada wayag orang identik dengan busana pada wayang kulit di Surakarta, maka sering disebut rias baku yaitu rias yang tidak dapat diubah. Sebagai contoh Anoman dan Gatutkaca harus mengenakan jarik motif poleng. Bentuk jamang / irah-irahan yang dikenakan oleh masing-masing tokoh juga dibedakan menurut kedudukannya, misalnya jamang susun tiga untuk raja, jamang berbentuk runcing (lancip) untuk peran yang mbranyak / keras dan jamang berelung-relung (lung) untuk peranan lembut. Khusus untuk peranan raksasa dan kera menggunakan cangkeman (tiruan mulut) yang dikenakan untuk menutup mulut dan dikaitkan pada kedua telinga. Sedangkan antawacana / dialog yang digunakan sama seperti dialog pada wayang kulit yakni dengan menggunakan bahasa jawa kawi, bahasa jawa ngoko maupun krama sesuai dengan tokoh pada wayang tersebut.
6.    Kethoprak
Kethoprak adalah sebuah bentuk teater jawa dengan unsur utama dialog, tembang, dan dagelan / lawakan. Para pemain terdiri dari pria dan wanita yang diiringi dengan gamelan jawa. Rias dan busananya tidak baku atau dapat di kreasi menyesuaikan cerita. Gerakan cenderung realistik, tidak menggunakan gerak tari, hanya pada adegan tertentu terkadang ada sedikit unsur tarinya. Cerita yang dibawakan mengambil dari dongeng, babad, sejarah, cerita rakyat, bahkan terkadang cerita asing. Kethoprak awal mulanya tidak diiringi gamelan jawa tetapi dengan iringan dari permainan lesung (alat penumbuk padi).
7.     Langendriyan
Langendriyan adalah drama tari yang dialognya mengunakan tembang dan tidak menekankan pada gerak teri tetapi lebih menekankan pada seni suara atau olah vokal. Langendriyan berasal dari kata lango (hiburan) dan driya (hati) maka langendriyan berarti pertunjukan penghibur hati. Langendriyan lahir pada abad ke XIX di Surakarta dan disebut Langendriyan Mandraswara diciptakan oleh RMH Tondokusuma pada pemerintahan KGPAA Mangkunegara IV, lahirnya Langendriyan atas permohonan seorang warga keturunan Jerman bernama Gotlieb seorang pengusaha batik dimana setiap harinya Gotlieb mendengar buruh-buruhnya bekerja sambil melantunkan tembang saling bersahutan. Selanjutnya oleh Mangkunegara IV Langendriyan diangkat sebagai suatu kesenian di istana dan dipentaskan pertama kali pada perayaan jumenengan KGPAA Mangkunegara ke V. Pada mulanya pemain langendriyan adalah putri semua dengan mengambil cerita rakyat Babad Majapahit dengan tokoh-tokoh antara lain Ratu Ayu Kencana Wungu, Menak Jingga, Damarwulan, Anjasmara, Dayun dan lain sebagainya. Di Yogyakarta juga berkembang langendriyan gaya Yogyakarta atau disebut Langenmandrawanara dengan cerita Ramayana dan posisi menari berjongkok dengan penari putra.
8.     Sendratari
Sendratari adalah rangkaian cerita yang terdiri dari beberapa adegan yang dilakukan dengan gerakan tari terpadu dan tanpa dialog. Pada sendratari penekanannya pada keterpaduan antara gerak tari dengan penghayatan dramatisasi perannya. Sendratari merupakan singkatan dari seni drama dan tari.
9.     Fragmen
Fragmen adalah rangkaian cerita yang hanya satu atau dua adegan yang dilakukan dengan gerakan-gerakan tari dan dapat menggunakan dialog atau tanpa dialog.
10. Wayang Kulit / Wayang Purwa
Wayang kulit adalah bentuk kesenian yang menempatkan dalang sebagai tokoh utamanya dengan cerita Mahabarata dan Ramayana dengan iringan gamelan lengkap dan biasanya sampai semalam suntuk. Pada perkembangannya sekarang wayang kulit bisa di variasikan dengan bermacam-macam antara lain pelawak, penyanyi ataupun ditambah dengan musik diatonis, juga durasi waktu pertunjukan dapat diringkas atau dipadatkan menjadi lebih kurang tiga jam yang disebut dengan pakeliran padat.
11.   Sekaten
Sekaten merupakan peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW dan pada zaman dahulu digunakan sebagai sarana penyebaran agama Islam. Hingga saat ini menjadi suatu upacara adat Keraton Kasunanan Surakarta, yaitu pada setiap Bulan Mulud dengan membunyikan gamelan Kyai Guntur Sari dan Kyai Guntur Madu yang ditempatkan di bangsal sebelah utara dan selatan halaman Masjid Agung Surakarta. Gamelan tersebut dibunyikan dari tanggal 6 sampai dengan 12 (kalender jawa) setiap hari dari siang sampai malam hari.


Sumber : Buku Kesenian Daerah kelas 9

Sejarah dan Perkembangan Tari

Perkembangan seni tari dipengaruhi oleh tingkat peradaban masyarakat pada saat itu dan juga sangat ditentukan oleh situasi dan kondisi pemerintahannya. Untuk mengetahui perkembangan seni tari, secara garis besar diperkirakan pertumbuhannya didasarkan pada periode tahapan-tahapan sebagai berikut :
1.         Tari pada Jaman Prasejarah / Primitif
Pada jaman Prasejarah bentuk gerak tari sangat sederhana,hanya berupa hentakan kaki dan gerak tangan yang menimbulkan ritme pada peralatan yang dibawanya, dengan menirukan gerak binatang ataupun alam sekitarnya. Iringan yang digunakan juga sangat sederhana, monoton hanya berupa tepuk tangan ataupun nyanyian. Bentuk penyajian tari umumnya dilakukan secara kolektif (orang banyak) denagn komposisi melingkar menghadap ke dalam. Tari pada jaman prasejarah biasanya digunakan sebagai tari upacara, yang mana dalam upacara tersebut ada tujuan atau maksud tertentu yang melatarbelakanginya, maka pada umumnya bersifat sakral, magis dan dipengaruhi adanya kepercayaan animisme dan dinamisme.

2.        Tari pada Jaman Kerajaan Hindu
Pada jaman Kerajaan Hindu seni tari banyak dipengaruhi oleh kebudayaan dari India antara lain cerita Ramayama dan Mahabarata. Karena pengaruh Agama Hindu, seni tari digunakan sebagai media penyembahan terhadap para dewa, maka seni tari menjadi bagian yang sangat penting dalam upacara-upacara keagamaan, adapun bentuk-bentuk gerak tari peninggalan jaman Hindu dapat kita lihat pada relief-relief dinding Candi Prambanan, Candi Penataran dan candi-candi lainnya yang merupakan peninggalan kebudayaan Indonesia-Hindu dengan bentuk ragam gerak yang sudah mulai dikenalkan. Seni Tari pada jaman Kerajaan Hindu mengalami perkembangan yang sangat pesat. Karena mendapat perhatian dari raja dan para bangsawan seperti tari-tarian upacara adat, keagamaan yang bernilai artistik tinggi yang sekarang disebut tari tradisi klasik yang berasal dari keraton. Antara lain Tari Bedhaya dan Tari Srimpi. Menurut perbedaan, Tari Bedhaya pada tari jaman Hindu berjumlah 7 orang yang melambangkan 7 bidadari dari kahyangan, sedangkan Tari Srimpi berjumlah 4 orang penari.
3.        Tari pada Jaman Kerajaan Islam
Dengan masuknya Agama Islam ke Indonesia, ada pergeseran nilai dan fungsi seni tari. Ketika jaman Hindu, seni tari digunakan sebagai media penyembahan kepada dewa, maka pada jaman Kerajaan Islam kesenian dikembangkan sebagai sarana media penyebaran dan penyuluhan Agama Islam dengan menyesuaikan peradaban masyarakat yang sudah menganut ajaran Islam. Sebagai contoh :
a.       Tokoh penyebar Agama Islam / Wali banyak menciptakan bentuk-bentuk sekar / tembang yang bernafaskan Islam.
b.       Tari Bedhaya yang pada jaman Hindu dengan penari 7 orang melambangkan 7 bidadari di kahyangan, pada jaman Sultan Agung menjadi 9 orang yang melambangkan Wali Sanga.
c.        Di lingkungan istana setiap peringatan lahirnya Nabi Muhammad SAW dibunyikan gamelan Sekati yang sekarang menjadi acara Sekaten.
4.       Tari Pada Jaman Penjajahan
Pada jaman Penjajahan seni tari tidak mengalami perkembangan akibat pada waktu itu negara kita dijajah oleh bangsa asing, sehingga bentuk kesenian banyak dikesampingkan, karena rakyat bergejolak ingin melepaskan diri dari penjajah. Hanya di lingkungan istana seni tari masih tetap terpelihara untuk kepentingan upacara-upacara di istana, misalnya : untuk menyambut tamu, untuk penobatan putra-putri raja dan sebagainya. Sedangkan di kalangan rakyat, hanya kadang-kadang saja timbul jenis-jenis kesenian sebagai hiburan selesai panen. Adapun peninggalan jaman penjajahan bisa kita lihat di daerah Purworejo ada kesenian Dolalak yang menirukan tingkah laku serdadu-saedadu Belanda pada waktu berbaris. Menari dan menyanyi dengan bunyi do-la-la (dari 1 6 6) hingga sampai sekarang terkanal dengan Dolalak, menggunakan busana yang menirukan pakaian opsir Belanda lengkap dengan atributnya. Disamping itu ada pula pengaruh yang timbul di lingkungan istana yang tergarap dengan cermat yaitu Tari Srimpi yang menggunakan properti berupa pistol yang melambangkan perlawanan terhadap penjajah.
5.       Tari pada Jaman Kemerdekaan sampai sekarang
Setelah kemerdekaan tercapai, seni tari banyak dipengaruhi oleh kondisi sebelumnya, yaitu adanya keinginan yang sangat kuat untuk merdeka, maka bentuk-bentuk tari banyak berupa bentuk kepahlawanan dan seni tari mulai difungsikan serta digarap kembali sebagai tari upacara, tari adat / tradisi ataupun tari hiburan. Pada saat ini pembinaan dan pengembangan kesenian di Indonesia berada di bawah Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) serta Departemen Pariwisata, Seni dan Budaya. Kedua departemen ini merupakan lembaga pemerintahan yang menangani pembinaan dan pengembangan kesenian. Kegiatannya antara lain mengadakan kegiatan-kegiatan kesenian dan mempunyai tugas mempersiapkan berbagai misi kesenian yang dikirim keluar negeri aau dalam negeri.


Sumber : Buku Kesenian Daerah kelas 8 (dengan sedikit penggubahan)

Pergolakan di Dalam Negeri

A.   Pemberontakan PKI Madiun
·       Dipimpin oleh Musso (Tokoh PKI) dan Amir Syarifuddin.
·       Terjadi pada tanggal 18 September 1948
·       Tujuan : mengubah Indonesia menjadi negara Komunis
·       Pemberontakan PKI Madiun melakukan aksi penculikan dan pembunuhan massal terhadap :
a.    Pejabat pemerintah
b.    Perwira TNI & Polisi
c.    Pemimpin Partai
d.    Ulama
e.    Tokoh Masyarakat
·       Reaksi Pemerintah :
§  Presiden Soekarno berpidato meminta rakyat untuk memilih.
§  Operasi penumpasan dilakukan
Dipimpin Kol. Gatot Subroto
*   Kol. Sungkono
*   Kol. A.H. Nasution
*   Letkol Ali Sadikin
*   Mayor Sabarudin
*   Mayor Jono Sewoyo
·       Melibatkan pesukan gabungan dari Jabar, Jatim dan Jateng.
·       Akhirnya pemberontakan dapat ditumpas atas kerjasama yang baik antara TNI + rakyat. Tanggal 30 September 1948 Madiun dan sekitarnya dapat dikuasai kembali.
B.    Pemberontakan DI / TII (Darul Islam / Tentara Islan Indonesia)
1.     DI / TII di Jawa Barat
·       Dipimpin : S.M. Kartosuwiryo
·       Pasukan : Hisbullah & Sabilillah
·       Terjadi : di Gunung Geber, Majalaya, Tasikmalaya, Jawa Barat.
·       Tujuan : Mendirikan Negara Islam Indonesia (NII) yang diproklamirkan tanggal 7 Agustus 1949.
·       Pemberontakan ini berawal dari perjanjian Renville, ketika pasukan TNI hijrah ke Jateng, Kartosuwiryo dan pasukannya tidak ikut hijrah bahkan mendirikan NII.
·       Pemberontakan DI / TII di Jabar melakukan aksi teror terhadap rakyat.
Contoh : merampok hasil panen, membakar rumah penduduk, merusak rel kereta api, menyiksa dan membunuh rakyat.
·       Upaya penumpasan DI/ TII di Jabar memakan waku lama karena :
1.     Medannya berupa daerah pegunungan
2.    Pasukan Kartosuwiryo bebas bergerak di kalangan rakyat, karena menyamar menjadi rakyat jelata.
3.    Masalah politik yang tidak stabil.
4.    Mereka mendapat bantuan dari Belanda berupa senjata.
·       Operasi penumpasannya yaitu Operasi Pagar Betis dan Operasi Bharatayudha
·       Akhirnya Kartosuwiryo tertangkap tanggal 4 Juni 1962 kemudian diadili dan dihukum mati.
2.    DI / TII di Jawa Tengah
a.    DI / TII di Tegal, Brebes dan Pekalongan.
·       Dipimpin : Amir Fatah
·       Nama Gerakannya : Majelis Islam
·       Amir Fatah menyatakan bergabung dengan NII-nya Kartosuwiryo.
·       Operasi penumpasan : GBN (Gerakan Banteng Negara)
Dipimpin oleh Letkol Ahmad Yani.
b.    DI / TII di Kebumen
·       Dipimpin : Kyai Moh. Madfudz Abdurrachman / Kyai Somalangu.
·       Nama gerakan : AUI (Angkatan Umat Islam)
·       Pada akhirnya Kyai Somalangu menyatakan bergabung dengan NII-nya Kartosuwiryo.
·       Operasi penumpasan : Operasi Merdeka Timur
Dipimpin oleh Letkol Soeharto
Pasukan : Benteng Raiders
3.    DI / TII di Sulawesi Selatan
·       Dipimpin : Kahar Muzakar (pejuang yang pernah ikut berjuang di Pulau Jawa)
·       Kahar mengumpulkan laskar-laskar di Sulsel dalam wadah yang bernama KGSS (Komando Gerilya Sulawesi Selatan)
·       Pada 30 April 1950 Kahar menuntut agar semua anggota KGSS diterima sebagai TNI dengan nama Brigade Hasanuddin.
·       Pada 17 Agustus 1951 Kahar dan anak buahnya melarikan diri ke hutan
·       Januari 1952 Kahar Muzakar menyatakan bahwa daerah Sulsel merupakan bagian dari NII-nya Kartosuwiryo.
·       Akhirnya Februari 1963 Kahar Muzakar ditembak mati.
4.    DI / TII di Aceh
·       Dipimpin : Daud Beureueh (Gubernur Militer D.I.Aceh)
·       Sebab :
1.     Penurunan status Aceh dari Daerah Istimewa menjadi Karisidenan di bawah Sumatra Utara
2.    Rakyat Aceh menganggap perjuangannya tidak dihargai oleh pemerintah
3.    Adanya anggapan bahwa pemerintah lebih mementingkan pulau Jawa daripada Aceh.
·       Pada September 1953 Daud menyatakan bahwa Aceh merupakan bagian dari NII-nya Kartosuwiryo
·       Upaya penumpasan :
1.     Operasi militer : gagal untuk menyadarkan Daud
2.    Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh
Ide : Kol. M. Yasin = berhasil menyadarkan Daud untuk bergabung dengan NKRI
5.    DI / TII di Kalimantan Selatan
·       Dipimpin : Ibnu Hajar (Letnan II TNI)
·       Nama pasukan : KYRT (Kesatuan Rakyat yang Tertindas)
·       Oktober 1950 : Ibnu Hajar memberontak menyerang pos-pos TNI dan pengacauan terhadap rakyat
·       Akhir tahun 1959 Ibnu tertangkap tertangkap dan pasukannya berhasil dimusnahkan.
C.   Pemberontakan G30S / PKI
Nama gerakan : Gerakan 30 September yang didalangi oleh PKI
·       Persiapan sebelum memberontak :
1.     Menyelewengkan politik Luar Negeri Bebas Aktif
Waktu itu Indonesia agak condong ke Blok Timur / Komunis
2.    Mengusulkan / menuntut dibentuknya angkatan ke-5
§  Diisi Buruh & Tani yang dipersenjatai
§  Diusulkan oleh Ketua PKI, D.N. Aidit
§  Ditentang oleh TNI AD yang dipimpin oleh Letjen Ahmad Yani, sehingga TNI AD dijadikan musuh utama PKI.
3.    Mengadakan infiltrasi (penyusupan) ke lembaga-lembaga pemerintahan termasuk TNI
Dipermudah dengan ajaran Nasakom
4.    Menyebarkan isu Dewan Jendral
Isu : bahwa di lingkungan TNI AD erdapat Dewan Jendral yang akan melakukan kudeta kpd pemerintah
5.    Melakukan aksi sepihak untuk meresahkan masyarakat
Contoh :
§  Perampasan tanah milik pribadi dan tanah kuburan untuk dibagi-bagikan kepada BTI
§  Peristiwa Kanigoro di Blitar
Pembantaian penduduk Kanigoro pada saat sholat subuh dan melakukan penghinaan terhadap Islam dengan menginjak-injak Al Quran
·       Gerakan 30 September
§  Diawali pada kamis malam tanggal 30 September 1965 sampai dini hari 1 Oktober 1965
§  Gerakan dipimpin oleh Letkol Untung Sutopo
1.     Penculikan dan pembunuhan terhadap pasukan tinggi AD
Korban :
*   Di Jakarta
a.    Letjen Ahmad Yani
b.    Mayjen R. Soeprapto
c.    Mayjen S. Parman
d.    Mayjen M.T. Haryono
e.    Brigjen D.I. Panjaitan
f.     Brigjen Sutoyo Siwomiharjo
g.    Lettu Pierre Tendean
h.    Brigadir Pol. Sasuit Tubun
i.     Ade Irma Suryani (5 thn)
*   Di Yogyakarta
a.    Kol. Katamso
b.    Letkol Sugiono
Atas petunjuk Pol. Sukitman akhirnya ketujuh jenazah yang dimasukkan ke dalam sumur berhasil ditemukan.
2.    Pada 1 Oktober 1965 berhasil merebut RRI Pusat dan Kantor Telkom.
*   Pukul 14.00 WIB, Untung siaran :
ü Bahwa di Jakarta telah terjadi kudeta yang dilakukan oleh Dewan Jendral
ü Pembentukan Dewan Revolusi, Ketua Untung S.
§  Upaya penumpasan
Operasi penumpasan dipimpin oleh Mayjen Soeharto (Pangkostrad)
1.     Merebut kembali RRI Pusat dan Kantor Telkom
*   Pada 1 Oktober 1965 dipimpin oleh Kol. Sarwo Edi Wibowo
*   Nama pasukan : RPKAD (Resimen Para Komando Angkatan Darat)
*   Pada pukul 19.00 RRI Pusat dan Kantor Telkom dapat direbut kembali
*   Mayjen Soeharto mengumumkan :
a.    Telah terjadi kudeta yang dilakukan G 30 S / PKI
b.    Presiden Soekarno dalam komdisi aman dan sehat
c.    Meminta rakyat untuk tetap tenang dan waspada
2.    Pada 2 Oktober 1965 TNI melakukan pembersihan daerah sekitar Halim Perdanakusuma
Atas petunjuk Pol. Sukitman berhasil menemukan sumur tua tempat penyimpanan jenazah pasukan tinggi AD
3.    Pada 3 Oktober 1965 pengangkatan jenazah oleh TNI AD. Jenazah tersebut dimakamkan pada tanggal 5 Oktober 1965. Untuk memperingati hal tersebut dibangunlah Monumen Pancasila Sakti, dan tanggal 1 Oktober diperingati sebagai hari Kesaktian Pancasila.
§  D.N Aidit ditangkap di daerah Sambeng, Solo. Sedangkan Letkol Untung ditangkap di Tegal. Mereka dibawa ke Mahkamah Militer Luar Biasa dan dihukum mati.
§  Reaksi Presiden Soekarno terhadap G 30 S / PKI
Dalam pidatonya Presiden Soekarno menganggap peristiwa tersebut adalah 'hal biasa' dalam sebuah revolusi.
§  Karena sikap pemerintah yang tidak tegas terhadap PKI, maka muncul aksi demonstrasi yang dipelopori mahasiswa yang membentuk Kesatuan Aksi bernama KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) pada 25 Oktober 1965.
Muncul kesatuan-kesatuan aksi yang lain seperti :
1.     KABI (Kesatuan Aksi Buruh Indonesia)
2.    KAPI (Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia)
3.    KAPPI (Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia)
4.    KASI (Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia)
5.    KAGI (Kesatuan Aksi Guru Indonesia)
6.   KAWI (Kesatuan Aksi Wanita Indonesia)
§  Kesatuan-kesatuan Aksi + Parpol + Ormas = Front Pancasila
Pada 12 Januari 1966 menuntut TRITURA.
Isi TRITURA :
1.     Bubarkan PKI dan ormas-ormasnya.
2.    Bersihkan Kabinet Dwikora dari unsur-unsur G 30 S / PKI
3.    Turunkan harga / perbaikan ekonomi.
Front Pancasila menamai diri mereka DPR Jalanan
§  Untuk memenuhi isi TRITURA no. 2 Presiden Soekarno merombak Kabinet Dwikora menjadi Kabinet 100 Menteri, namun masih banyak orang-orang PKI yang duduk didalamnya.

Sumber : Catatan Pribadi

Perdagangan Internasional

A.    Pengertian
Perdagangan internasional adalah proses tukar menukar barang barang atau jasa yang terjadi antara negara satu dengan negara lain (minimal 2 negara).
B.    Kegiatan
1.      Ekspor : menjual barang ke luar negeri.
2.     Impor : membeli barang dari luar negeri.
C.     Valas
Valas : mata uang asing / valuta asing.
Kurs : perbandingan / nilai tukar mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing.
Macam Kurs (dilihat dari pihak 'Bank') :
1.      Kurs Jual = jika bank menjual valas.
2.     Kurs Beli = jika bank membeli valas.

D.    Teori Keunggulan
1.      Teori Keunggulan Mutlak (Adam Smith)
Jika negara itu dapat memproduksi barang / jasa yang tidak dapat diproduksi negara lain.
Contoh : Indonesia = Gas alam,  Jepang = Barang-barang elektronik dan kendaraan.
2.     Teori Keunggulan Komparatif (David Ricardo)
Jika negara itu dapat memproduksi barang / jasa lebih murah dibanding negara lain.
E.     Faktor Pendorong Timbulnya Perdagangan Internasional
1.      Perbedaan SDA.
2.     Perbedaan SDM.
3.     Perbedaan Biaya Produksi.
4.     Perbedaan selera dan gaya hidup.
5.     Perbedaan teknologi.
6.    Perbedaan hasil produksi.
7.     Perbedaan harga barang.
8.     Terbukanya komunikasi dan informasi antar negara.
9.     Adanya keinginan untuk meningkatkan produktifitas.
F.     Faktor Penghambat Predagangan Internasional
1.      Perang dan resesi.
2.     Adanya perbedaan mata uang.
3.     Adanya kesamaan barang ekspor.
4.     Kurangnya tenaga ahli = barang ekspor mutunya rendah.
5.     Kebijakan ekspor impor yang dilakukan suatu negara.
6.    Pajak yang memberatkan eksportir dan importir.
7.     Proses ekspor terlalu lama.
G.    Neraca Perdagangan
-         Neraca Perdagangan Aktif (Surplus) : jika jumlah ekspor > jumlah impor.
-         Neraca Perdagangan Pasif (Defisit) : jika jumlah ekspor < jumlah impor.
H.    Devisa
Alat pembayaran luar negeri. Umumnya berbentuk valas.
Sumber-sumber devisa :
1.      Ekspor barang
2.     Ekspor jasa = TKI, tenaga ahli, TKW
3.     Pariwisata
4.     Hadiah / hibah
5.     Bantuan luar negeri
6.    Pinjaman luar negeri
7.     Investasi ke luar negeri
8.     Kiriman uang asing
Penggunaan Devisa
1.      Membayar impor
2.     Membayar hutang / pinjaman luar negeri
3.     Membiayai perjalanan dinas ke luar negeri
4.     Membiayai kontingen olahraga, seni dan budaya
5.     Membiayai pejabat negara di luar negeri (dubes, konsul)
I.       Dampak Perdagangan Internasional
1.      Dampak Positif (keuntungan / manfaat) :
a.     Memenuhi kebutuhan suatu negara
b.    Memperoleh devisa
c.     Mendatangkan kemakmuran negara
d.     Menambah kesempatan kerja
e.     Investasi meningkat
f.       Mendorong kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
g.     Menciptakan efisiensi dan spesialisasi produksi
h.     Tercipta persahabatan antar negara
i.        Memungkinkan konsumsi yang lebih luas bagi penduduk suatu negara
2.     Dampak Negatif (kerugian) :
a.     Ketergantungan suatu negara dengan negara lain
b.    Sifat konsumtif semakin tinggi
c.     Persaingan tak seimbang antara negara maju dan negara berkembang
d.     Industri yang bermodal kecil kalah dengan industri yang bermodal besar
e.     Menurunnya investasi
f.       Penjajahan ekonomi oleh negara maju


Sumber : Catatan pribadi